Kisah Terry Gou, Anak Desa Yang Sukses Bikin Pabrik Iphone


Terry Gou adalah salah satu sosok paling powerful di jagat teknologi. Dia adalah pemilik Foxconn, manufaktur elektronik terbesar di dunia yang berpusat di Taiwan.

Seperti diketahui, Apple mempercayakan perakitan iPhone dan gadgetnya yang lain kepada Foxconn. Tak heran berkat sukses Foxconn, Terry termasuk orang terkaya di dunia, harta terakhirnya di kisaran USD 6,6 miliar.

Terry ternyata bukan berasal dari keluarga kaya, ia lahir di desa. Berikut sekelumit kisahnya yang menarik hingga Terry berhasil mendaki puncak tangga kesuksesan.

Mungkin tak ada yang mengira jika Terry Gou bakal menjadi pebisnis sukses yang kaya raya. Terlebih, pemilik Foxconn ini lahir di keluarga sederhana. Namun hidup yang penuh perjuangan itu tak lantas membuat Terry menjadi kacang yang lupa kulitnya.

Orang tua Terry berasal dari desa Gewan, propinsi Shanxi, China. Ayahnya adalah tentara China yang terlibat dalam perang melawan Jepang pada tahun 1931 sampai 1945. Sesudah masa perang, sang ayah menjadi polisi.

Tapi kemudian terjadi pergolakan kekuasaan di China. Sang ayah dan istrinya pun memutuskan mengungsi ke Taiwan pada tahun 1949. Di sana, mereka menetap. Tahun 1950, Terry lahir dengan nama Gou Tai-ming.

Terry adalah anak sulung, dua adiknya laki-laki. Berhasil tamat kuliah, Terry mendapat pekerjaan pertama sebagai karyawan pabrik. Ia kemudian memutuskan menikah pada usia 24 tahun dengan Serena Lin, yang berasal dari keluarga cukup berada.

Meski lahir di Taiwan, Terry tidak melupakan asal-usul orang tuanya, di desa Gewan. Saat sudah kaya, dia menyumbang banyak uang untuk membangun sekolah, peternakan, bahkan mendirikan pabrik Foxconn yang lokasinya berdekatan dengan desa itu, dengan jumlah pekerja 20 ribu orang.

Sebenarnya beberapa analis menganggap pendirian pabrik Foxconn di sana tidak akan menguntungkan secara bisnis. Tapi Terry tetap bersikeras. "Aku bisa saja pergi jika investasiku gagal, tapi tidak di Shanxi," ujarnya.
"Harapan terbesar Terry adalah berinvestasi dan mengembangkan ekonomi di sini. Dia sudah diberitahu kalau investasi di sini kurang bagus, tapi dia tetap bersikeras," kata Gou Xiaoping, keponakannya.
Terry Gou juga memperbaiki kembali rumah orang tuanya. Orang-orang di desa Gewan pun mengidolakannya karena dianggap berjasa besar melakukan pembangunan.
"Dia sudah membangunkan jalan, jembatan, sekolah, apa saja. Tanpa Gou, kualitas hidup kami tidak akan seperti ini," kata Gou Quan Shan, salah seorang petani di desa Gewan.
"Ketika datang di sini, dia diperlakukan seperti seorang raja. Ada banyak polisi dan petugas keamanan. Dia adalah pria yang baik. Dia banyak sekali membantu kami," kata orang desa yang lain.
Terry juga sering mengunjungi tanah kelahirannya di Taiwan, di mana dia dibesarkan di dekat candi Mazu, dewa laut China. Dia selalu menyempatkan datang setiap tahun baru China untuk berdoa di sana.

Beruntunglah Terry Gou. Ia menikah dengan wanita Taiwan bernama Serena Lin, yang keluarganya lumayan makmur. Inilah awal suksesnya.

Terry Gou yang saat ini berumur 66 tahun boleh dibilang tinggal menikimati hasil kerja kerasnya. Harta kekayaannya menurut estimasi majalah Forbes, di kisaran USD 6,6 miliar, masuk di deretan orang terkaya dunia. Namun dia pernah mengaku tak begitu peduli soal uang.
"Saya tidak tertarik soal seberapa banyak yang saya punyai. Saya tak peduli. Saya tidak bekerja demi uang saat ini, tapi saya bekerja untuk masyarakat, saya bekerja untuk para karyawan," kata dia.
Tapi bukan berarti dia tidak hidup foya-foya. Dia pernah membeli rumah layaknya istana senilai 21 juta poundsterling di Taipei pada tahun 2010, di kawasan termewah Taiwan. Ia membeli pula ruang parkir yang luas untuk menampung banyak kendaraan mewah.

Selain itu, Terry tercatat punya sebuah kastil mewah di Republik Ceko senilai USD 30 juta. Juga pesawat jet pribadi yang digunakannya ke mana-mana. Tentu saja masih banyak harta lain yang dimilikinya.

Terry juga disebut-sebut sebagai playboy yang sering gonta ganti wanita. Bahkan pernah muncul kabar ada mantan pacar yang memerasnya, dengan ancaman akan menyebarkan video seks mereka jika ia tidak diberi uang. Tapi, Gou membantah semua tuduhan wanita itu.

Memang ia terbukti cukup setia. Ia pernah menikah lama dengan istri pertamanya, Serena Lin, yang meninggal pada tahun 2005 karena kanker payudara. Tiga tahun kemudian, dia menikah lagi dengan Delia Tseng. Dari dua istrinya ini, Gou memiliki 4 orang anak.

Berkat tangan dingin dan kegigihan Terry Gou, klien Foxconn semakin banyak. Hampir semuanya adalah perusahaan teknologi raksasa. Ada Sony, Amazon, Nintendo, Sharp, Nokia sampai Acer.

Tapi klien terbesar mereka tak lain dan tak bukan adalah Apple. Para analis memperkirakan bahwa sekitar 40%-50% dari total pendapatan Foxconn adalah berkat hasil kontrak dengan Apple.

Akan tetapi kemitraan Apple dengan Foxconn bagai dua sisi mata uang. Sebagai manufaktur utama gadget Apple seperti iPhone dan iPad, nama Foxconn terangkat. Dari tangan-tangan karyawan Foxconn, gadget berkualitas itu dirakit hingga menuai penjualan luar biasa dan dikenal sebagai produk premium.

Tapi di sisi lain, reputasi perusahaan menjadi buruk karena mereka dilaporkan memeras karyawan bekerja sekeras-kerasnya untuk memenuhi pesanan Apple. Sampai-sampai dalam beberapa kasus, karyawan Foxconn yang tak kuat malah memilih jalan bunuh diri.

Kondisi kerja di pabrik perakit piranti ini memang disinyalir super keras. Hal ini dilaporkan tak bisa dipisahkan dari filosofi Terry Gou sendiri, yang selalu menekankan pentingnya kerja keras dari karyawannya.

'Bekerja adalah bentuk kesenangan', 'Lingkungan yang keras adalah sesuatu yang bagus', hingga 'Orang-orang lapar memiliki pikiran yang jernih' adalah beberapa pernyataan Gou.
"Orang-orang mengatakan kami adalah pemeras keringat. Salahnya apa? Semua petani berkeringat sebelum bisa panen," katanya lagi.
Share on Google Plus
f comments
0 comments

0 komentar:

Posting Komentar