Sejumlah perusahaan teknologi, termasuk Facebook dan Google bergabung dalam sebuah konsorsium Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Konsorsium itu dibentuk untuk memastikan kecerdasan buatan dikembangkan secara aman, etis, dan transparan.
Hanya, Apple ketika itu belum menanggapi ajakan perusahaan lain untuk ikut bergabung. Namun awal tahun ini, perusahaan yang berbasis di Cupertino itu akhirnya memutuskan untuk ikut bergabung dalam kelompok yang berisi Microsoft dan Amazon tersebut.
Kepastian bergabungnya Apple diungkapkan langsung oleh Head of Advanced Development of Siri Tom Gruber beberapa waktu lalu.
"Kami senang melihat industri terlibat pada kesempatan yang lebih besar dan peduli dengan kemajuan machine learning dan AI," tuturnya seperti dikutip dari Business Insider, (29/1/2017).Menurutnya, keputusan ini dapat menjadi keuntungan bagi Apple, konsumen, dan juga industri itu sendiri. Sebab, industri dapat berperan aktif dalam pengembangan dan kolaborasi dengan kelompok lain untuk berdiskusi membahas pemanfaatan AI sambil tetap menjaga privasi dan keamanan konsumen.
Sejak konsorsium ini resmi diluncurkan pada September 2016, Apple sebenarnya telah diajak untuk bergabung. Namun, ketika itu perusahaan yang kini dipimpin oleh Tim Cook tersebut belum mau memberikan jawaban.
Apple sendiri memang dikenal sangat menjaga rahasia pengembangan teknologi yang dibesutnya. Selain itu, perusahaan itu juga kerap bekerja sendiri saat mengembangkan teknologi baru. Karenanya, masuk akal perusahaan itu tak langsung setuju untuk bergabung.
Di sisi lain, Apple juga disebut-sebut telah mengembangkan AI dan machine learning secara bertahap. Tak hanya mengembangkannya secara mandiri, perusahaan yang didirikan Steve Jobs itu dilaporkan telah membeli sejumlah startup di bidang kecerdasan buatan.
Untuk informasi, konsorsium bernama Partnership on AI ini merupakan organisasi nonprofit yang bergerak di bidang kecerdasan buatan. Kelompok ini memiliki misi untuk meningkatkan pemahaman publik mengenai AI dan merumuskannya untuk kebutuhan praktis.
Selain perusahaan teknologi, kelompok ini juga terdiri dari sejumlah akademisi, lembaga nonprofit lain, serta pakar kebijakan etika. Mereka akan bergabung sebagai Dewan dalam Partnership on AI ini.